Pages

Jumat, 13 Mei 2016

Nur Hadi Suseno, Sang Pawang Orang-Orang yang Cacat Mental

Nur Hadi Suseno

Sang Pawang Orang-Orang yang Cacat Mental

Nyantai, renyah bicaranya dan membuat orang makin ingin tahu arah pembicaraannya. Ya, Nur Hadi Suseno, ia adalah salah seorang yang memiliki skill unik, yakni menaklukkan orang-orang yang lemah dan cacat mental atau masyarakat sering menyebutnya “orang gila”. Skill yang agak berbeda dari orang-orang sekitarnya inilah yang membuat ia mudah dikenal. Lembaga Bengkel Moral Pasuruan (LBMP) pun dibangunnya untuk menampung anak-anak berkebutuhan khusus. Kepiawaiannya terdengar hingga seantero Jawa Timur, sehingga Yayasan Suara Hati pun mengirimkan salah satu anak asuhnya yang memang membutuhkan penanganan khusus. Setiap bulan YSH berkunjung ke mitra yang satu ini. Saya lebih suka menyebut Pak Nur (panggilan akrabnya) sebagai “Pejuang Orang Terlantar”, artinya bahwa ia melayani banyak orang yang terlantar jiwanya di jalan-jalan, bahkan kebanyakan tidak ada yang bertanggung jawab. Namun ia bersama keluarganya merawat sekitar 25 orang ini dengan senang hati dan penuh perhatian. Hanya kurang dari seperlima dari para ‘pasiennya’ ini yang memberikan kontribusi pendanaan bagi kelangsungan rehabilitasi di LBMP, yang terletak tepat di sebelah utara Kebun Raya Purwodadi, ± 200 meter dari jalan raya, yakni di Jl. Gunung Mbaung Dsn. Sumbersuko Ds. Kertosari- Purwosari  Pasuruan.
Di sela-sela kesibukannya, ia selalu menerima tamunya dengan ramah dan penuh pesan-pesan moral, hingga tidak sedikit yang belajar kepadanya dan menyebutnya sebagai guru spiritual. “Pada hakekatnya, orang gila itu telah kehilangan rasa, coba amati orang gila itu tidak pernah sakit, padahal jarang makan, kalau toh makan ia sembarangan”. Itulah salah satu yang disampaikan kepada beberapa tamunya. Tak jarang ia pun mengkaitkan semua permasalahan itu dengan firman Allah yang ia kuasai. Inilah sebabnya banyak orang yang datang ke rumahnya dan sekedar meminta nasehat darinya. Dan tidak sedikit orang yang baru kenal dengannya, tapi merasa seperti telah kenal bertahun-tahun. Wah, asyik ya ngomong sama Pak Nur, anti mati gaya!.

Perjuangan Pak Nur bersama keluarga bukan tanpa tantangan. Saat ia memutuskan keluar dari pekerjaan, ia justru mengurus orang gila. Hingga setelah beberapa lama ia resign dari pekerjaannya, salah satu pimpinannya bilang “Orang ini gila, keluar dari kerjaan malah ngurus orang gila”. Tapi ia tetap pada pendiriannya, yang ingin menyelamatkan orang-orang yang tidak mendapat tempat di lingkungan masyarakat ini. Ia terus menekuni pilihannya, walau nada miring sering terdengar dari orang-orang yang menyayangkan sikap dan keputusannya. Baginya, membantu orang-orang yang cacat mental ini adalah sebuah kenikmatan yang tak terukur nilainya, karena baginya bahagia itu adalah membahagiakan orang lain. Semoga Allah memudahkan jalan Pak Nur dalam menjalankan misi perjuangannya. Aamiin. (Robin)